Posts

Pilih Ta'aruf atau Pacaran Islami?

Image
Sebuah SMS menggetarkan telepon genggamnya. Si gadis sontak terbangun dan sigap membacanya. Selamat qiyamullail Ukhti, semoga segala doa terbaiknya Allah kabulkan. Sender : Ikhwan D +62838xxx, 02.30                 Senyumnya pun merekah, terasa ada yang hangat mengalir di dada. Dikirimnya sebait doa balasan. Lalu dengan riang ia turun dari tempat tidur, untuk segera berwudhu dan shalat malam. ‘Merah Jambu’ pacaran Islami                 Fenomena SMS ‘merah jambu’ semakin mewabah seiring dengan mudahnya mengirim pesan instan melalui handphone. Hubungan diam-diam terjalin. Hanya mereka berdua dan Allah saja yang tahu betapa di sana ada perhatian, ada dada yang berdesir hangat dan berdegup lebih kencang, dan jelas ada rasa suka di antara si pengirim dan penerima pesan. Mereka jalani dengan penuh kesadaran karena inilah hubungan yang halal menurut mereka; pacaran Islami. Terbebas dari bersentuhan atau berduaan, komunikasi selalu dalam rangka saling memberi semangat.  

Dinamika Seorang Muallaf dengan Keberagaman Latar Belakangnya

               Hidup itu pilihan. Pernyataan itu begitu sering terucapkan dan dinilai diplomatis untuk menjawab berbagai pernyataan yang sebenarnya sederhana, namun jawabannya terasa rumit. Bukan rumit secara esensi, tetapi rumit untuk memberikan satu definisi yang tepat. Secara lazim selalu ada alasan di balik sebuah pilihan. Seperti adanya alasan kenapa kita lebih memilih meninggalkan pacar yang sudah lama menjalin hubungan dan berpindah ke lain hati. Adanya alasan mengapa kita lebih memilih kerja di kantor perusahaan daripada menjadi pengusaha yang mandiri. Adanya alasan mengapa kita berpindah agama? Jawaban tersebut berasal dari suatu proses. Setiap orang menemukan jalan kebenaran dengan cara yang berbeda-beda dari latar belakang keberagaman yang dimiliki.                Tidak diragukan lagi bahwa ada sesuatu yang menarik dalam kisah orang yang berpindah agama. Sebagian besar diwarnai dengan peristiwa-peristiwa dramatis dalam kehidupan, yang mampu mengguncang dunia materialisti

Wakil Hati dan Pikiran

Kemana pun kamu pergi tidak peduli sejauh apa tempatnya, pada akhirnya kamu akan kembali dan jika seandainya kamu tidak kembali, pasti kamu sudah lupa cara pulang atau kamu lupa jika di sini ada yang sedang menunggumu pulang. Pada akhirnya kamu akan pergi dan tidak kembali pulang. Sama sepertiku. Mungkin aku akan pergi dan tidak kembali pulang. Suatu saat kita akan berada di dua dimensi.   Tulisan ini mewakili hati dan pikiran. Mungkin lebih teruntuk kamu sosok special, huruf abjad kedua puluh enam. Huruf terakhir penuh misteri. Yang aku jadikan subjek penulisanku akhir akhir ini dan menjadi tema di blog ini.   Untuk apa aku selalu menulis sajak disaat aku merindukanmu. Bukankah aku yang telah melepasmu, seharusnya aku bisa lapang dada membiarkanmu tanpa kehadiranku. Seharusnya aku tidak merindumu. Karena kebebasan yang kini dirasakan. Tanpa batas? Iya. Jika saja aku tetap denganmu, mungkin kekecewaan lagi yang kudapatkan. Bukan terkekang. Tapi sebuah kenyamanan yang sempat hadir.