Dinamika Seorang Muallaf dengan Keberagaman Latar Belakangnya

               Hidup itu pilihan. Pernyataan itu begitu sering terucapkan dan dinilai diplomatis untuk menjawab berbagai pernyataan yang sebenarnya sederhana, namun jawabannya terasa rumit. Bukan rumit secara esensi, tetapi rumit untuk memberikan satu definisi yang tepat. Secara lazim selalu ada alasan di balik sebuah pilihan. Seperti adanya alasan kenapa kita lebih memilih meninggalkan pacar yang sudah lama menjalin hubungan dan berpindah ke lain hati. Adanya alasan mengapa kita lebih memilih kerja di kantor perusahaan daripada menjadi pengusaha yang mandiri. Adanya alasan mengapa kita berpindah agama? Jawaban tersebut berasal dari suatu proses. Setiap orang menemukan jalan kebenaran dengan cara yang berbeda-beda dari latar belakang keberagaman yang dimiliki.
               Tidak diragukan lagi bahwa ada sesuatu yang menarik dalam kisah orang yang berpindah agama. Sebagian besar diwarnai dengan peristiwa-peristiwa dramatis dalam kehidupan, yang mampu mengguncang dunia materialistic dan mempengaruhi dunia spiritual. Perubahan itu tentang suatu fase dalam kehidupan manusia sebagai makhluk ciptaan yang dimiliki penciptanya. Hal ini akan berbicara mengenai pencarian yang sama sekali tidak terlintas dan direncanakan, semuanya sangat personal dan sulit menemukan pengalaman-pengalaman yang serupa. Selalu saja ada kisah yang unik dan di luar logika, bahkan sampai menggetarkan jiwa.  
              Apa pun bentuk semua kisah yang ada, akan selalu tersimpan dalam pikiran setiap orang yang telah sampai kisahnya pada satu titik jawaban. Titik itu bahkan sangat sulit dicari definisinya secara tepat. Namun, manusia tidak punya daya untuk menolak kuasa Tuhan Yang Esa. Takdir yang sudah menjadi ketetapan-Nya tak akan mungkin bisa diubah. Seruan berkekuatan penuh, atmosfer masjid yang sangat memukau. Ketaatan yang benar-benar kuat.
               Kali ini saya akan mengutip sebuah kisah inspiratif dari seorang profesor matematika di Universitas Kansas, salah satu universitas terbesar di Amerika Serikat. Ia bernama Jeffrey Lang. Ia memulai perjalanan religi sejak 30 Januari 1954 ketika ia lahir dalam keluarga Katolik Roma di Bridgeport, Connecticut. Hingga berusia 18 tahun, pendidikannya ditempuh di sekolah-sekolah Katolik yang meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab tentang Tuhan dan Kristen. Lang bercerita tentang kisahnya mengenai Islam.
               “Ketika Lang berkata sebagaimana sebagian besar anak pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an, ia mulai bertanya tentang semua nilai yang ada pada waktu itu, termasuk pada hal politik, sosial, dan agama. Ia juga memberontak dari berbagai lembaga yang memegang teguh kesakralan, khususnya gereja Katolik. Sikap keras kepalanya muncul untuk menjadi seorang ateis ketika menginjak umur ke-18 tahun. Sering kali ia bertanya dalam hati, ‘Jika Tuhan memang ada, dan Dia memang Maha Pengasih dan Penyayang, lalu mengapa ada juga penderitaan di dunia ini? Mengapa Dia tidak membawa kita ke surga? Mengapa Dia menciptakan manusia dengan penderitaan?’ Ia pun telah menemukan agamanya ketika menjabat sebagai guru muda matematika di Universitas San Francisco. Hal itu ditunjukkan oleh sejumlah temannya yang beragama Islam. Kemudian, ia bertemu dengan Mahmoud  Qandeel, seorang pelajar Arab Saudi yang selelu menarik perhatian di kelas. Ketika ia menanyakan tentang penelitian medis, Qandeel menjawab dengan bahasa Inggris yang baik. Karena itu Qandeel banyak dikenal orang, baik mayor, polisi, maupun orang biasa. Akhirnya, Qandeel dan Lang pergi bersama-sama ke tempat-tempat ruang gemerlap tanpa kesenangan. Tiba-tiba, Qandeel membeli sebuah Al-Qur’an dan buku-buku mengenai Islam. Lang pun membacanya sendirian, kemudian ia menuju ruang shalat mahasiswa di kampus. Ia telah ditaklukkan oleh Al-Qur’an dengan dua surat pertama di dalamnya. Baginya surat-surat itu sangat mempesona. Ia berkata, ’Seorang pelukis dapat membuat mata dari sebuah potret. Mata itu terlihat mengikutimu dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, penulis manakah yang bisa menulis naskah yang mendahului masa kini? Setiap malam, saya mengumpulkan pertanyaan, kemudian menemukan jawabannya pada hari berikutnya. Sepertinya, sang penulis mampu membaca pikiran saya, serta menuliskan baris-baris dengan tepat untuk pembacaan saya selanjutnya. Saya menemukan diri saya di setiap halaman bukunya.’ Lang menemukan kepuasan batin ketika menunaikan shalat lima waktu. Ia menyadari bahwa shalat Subuh merupakan salah satu dari Ibadah Islam yang indah. Pada suatu ketika ia ditanyai oleh seseorang, ‘Bagaimana kamu bisa terpikat dengan Al-Qur’an yang berbahasa Arab, yang sangat asing bagimu?’ Ia pun menjawab dengan balik bertanya ‘Mengapa bayi sangat nyaman dengan suara ibunya? Sesungguhnya, membaca Al-Qur’an dapat memberikan sebuah Kenyaman dan kekuatan pada waktu-waktu yang sulit. Dari sanalah sebuah keyakinan berubah menjadi sesuatu yang bisa menumbuhkan aspek spiritual.’ Di sisi lain, Lang tetap menjalani karirnya dalam bidang matematika. Ia pun menerima ijazah master dan doctoral dari Universitas Purdue. Ia berkata bahwa sangat tertarik dengan matematika. Kenyataannya, ia memiliki pemikiran yang selalu berupa gagasan factual, sehingga ia mengalami kesulitan dalam mengimani suatu agama. Sebab, sebagian besar agama selalu mengharuskan umatnya beriman dengan sepenuh hati. Islam lah agama yang bisa memberikan alasan yang tepat untuknya dalam memeluk agama. Sebagian penasihat fakultas terhadap asosiasi mahasiswa muslim, ia menerangkan bahwa ia menjadi penghubung antara para mahasiswa dan pihak kampus. Ia mendapatkan izin dari pihak kampus untuk mengajar mata kuliah Islam dengan mengucapkan, ‘Tugas seorang penasihat fakultas ialah memberikan saran kepada para mahasiswa agar mereka bisa memperoleh sesuatu yang dibutuhkan, misalnya menyesuaikan diri dengan budaya Amerika dan prosedur dalam kampus.’ Akhirnya Lang menikahi seorang perempuan Arab Saudi bernama Raika. Ia juga telah menulis sejumlah buku Islam yang meraih penjualan terbaik dalam komunitas muslim di Amerika Serikat. Salah satu buku karangannya berjudul Angels Ask; a Journey to Islam in America. Dalam bukunya itu ia telah berbagi pengalaman dengan para pembaca mengenai pengalamannya dalam menemukan Islam dan memeluknya.” (Nisrina Lubis : 2009)
               Dari kisah Jeffrey Lang kita bisa menganjurkan secara transparan bagaimana suatu kekuasaan dapat ditegakkan dengan menjunjung tinggi perbedaan pandangan. Kebenaran, keadilan, kemaslahatan dan kedamaian harus menjadi alasan hukum yang membolehkan kebebasan itu dipergunakan. Dalam sebuah hadits yang populer dikatakan, “Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hentikanlah dengan tangan (kekuasaan-mu), jika tidak mampu dengan tanganmu, dengan lisanmu, jika tidak mampu dengan lisanmu, dengan hatimu, maka dengan hati yang demikian itu, selemah-lemahnya iman.”
               Konsep dan penerapan Nabi dalam konteks ini menjadi tidak signifikan bilamana, menggerakkan tangan untuk merespon kekerasan. Melainkan lebih dipahami sebagai capability/kemampuan wewenang untuk melakukan perubahan sesuai dengan keterampilan umat manusia masing-masing. Ada yang melakukan kritik dengan menulis, ada juga yang langsung protes menghadap ke berbagai institusi, ada juga yang dilakukan melalui media sosial.
               Semua itu memiliki keterkaitan dengan kemerdekaan beragama. Kita pun tahu bahwa negara ini memiliki keberagaman agama. Dalam Islam juga memiliki Hak Asasi Manusia (HAM) pada konteks beragama, baik secara konseptual maupun secara operasional penuh dengan toleransi dan kreasi hidup yang harus tolong menolong (lihat Q.S Al-Kafiruun : 1-6). Sehingga dengan kata lain, toleransi beragama harus terhindar dari sifat pergaulan ajaran agama yang sinkretik. Secara konseptual, prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia berlaku universal.
               Dalam masyarakat dimana pluralisme agama diakui, maka konflik dan ketegangan sosial merupakan konsekuensi logis, karena disebabkan oleh adanya dasar-dasar solidaritas dan sentiment dari setiap bentuk ritual keagamaan. Model mekanisme kerja antara pemerintah dengan pemimpin-pemimpin keagamaan sebagai mitra berfungsi dalam meredam konflik. Kesamaan visi tentang keimanan kepada Tuhan Yang Esa adalah peluang besar bagi umat beragama untuk menjadi anggota keluarga dalam satu rumah. Karena setiap kepercayaan memiliki prinsip-prinsip dan jurisdiksi masing-masing, maka dari itu beralasan untuk saling mengetengahkan berbagai perbedaan dasar. Memahami adanya perbedaan tersebut bertujuan untuk memberikan rambu-rambu agar lalu lintas kehidupan beragama tidak bertabrakan.
                Selama ini, pengetahuan umat Islam dan juga umat lainnya mengenal mati syahid (syuhada) terkait dengan perang suci (Holly war). Sejarah telah menoreh lembaran buram peristiwa Perang Salib atau pun Perang Syahid antara umat Kristiani dengan umat Islam di masa lalu, yang sampai saat ini imbasnya masih terasa dan dianggap masih sangat sensitive terutama ketika materi konflik membawa isu SARA yang menghadapkan konfrontasi antara kedua umat beragama tersebut.
                Pada abad kedua puluh telah tercatat dua tokoh perdamainan yang bersedia mengorbankan dirinya demi perdamaian. Pertama, Mahatma Ghandi, ia adalah seorang pemimpin pemersatu bangsa India yang dibunuh oleh warga seagamanya pada memproklamirkan perdamaian melawan sekutu Inggris. Saat itu ia melakukan sebuah gerakan unik yang biasa dikenang dengan sebutan Ahimsa (perlawanan tanpa kekerasan). Peristiwa ini terjadi ketika kedua agama yang berbeda, yaitu Hindu dan Islam telah memiliki kekuatan setelah menyuarakan kemerdekaannya. Dua agama yang sama-sama lahir di bumi India harus memisahkan diri dan lahirnya negara tetangga seperti Pakistan. Tokoh kedua ialah Isaac Rabin, ia adalah mantan perdana Menteri Israel yang mati dibunuh oleh warga Yahudi ketika proses perdamaian Israel dengan Palestina. Kematiannya mendorong Bill Clinton, Presiden Amerika untuk tidak menyerah mengusahakan perjuangan perdamaian.

Berikut link website yang dapat Anda kunjungi : 

Comments

Popular posts from this blog

Teks Drama Bahasa Inggris "Legend Banyuwangi"

Resensi Buku Non Fiksi "Biografi Agus Muhadi"