Mahasiswa KUPU KUPU (Kuliah Pulang - Kuliah Pulang)

"Jenis mahasiswa yang minim dengan kesibukan. Habis kuliah ya langsung pulang. Biasanya tidak menghasilkan, minim relasi, minim prestasi. Sering lho, yang model seperti ini, habis lulus susah cari kerja."
---
saya kuliah pulang bukan karena males, tapi karena saya nggak suka diperintah-perintah buat ini itu dalam kegiatan.
bikin ini itu, disuruh sana sini, ngumpul sampe malem, mendadak ngumpul bla.. bla.. bla.. dan sebagainya. saya sih realistis aja kalo kita ngopi, ngerokok, makan, minum, itu dibayarnya pake duit bukan pake pengalaman.
tidak menghasilkan? really..? saya nggak ikut beginian juga bisa pegang duit bray
semua premis-premis di gambar ini seolah menyudutkan para apatis dalam berkehidupan.
biarlah saya punya kehidupan sendiri, individu yang merdeka, semua juga punya cara mereka sendiri buat menjalani hidup. jangan dikira yang begini ini nggak punya prestasi, nggak punya relasi, dan tidak menghasilkan.
apalagi ngomong susah dapet pekerjaan. emang situ tuhan?
*just my dirty opinion*
*individu merdeka*
*no offense*
bigcheers! ✊
Disalin dari postingan line FadhiR, 16 Juni 12:21 

---
Kutipan di atas merupakan opini tentang mahasiswa yang disebut KuPu - KuPu (Kuliah Pulang - Kuliah Pulang). Menurut opini saya, setiap manusia mempunyai potensi yang berbeda-beda dan memiiki keinginan serta pencapaian cita-cita yang tidak sama, Jalan yang ditempuh pun tidak akan bisa disamaratakan. 
Apa ada yang salah dari mahasiswa yang kuliah pulang kuliah pulang? 
Bagaimana jawaban kalian sebagai mahasiswa yang aktif organisasi dan rela pulang malam atau bahkan tidur di kampus untuk mengkritik adanya mahasiswa yang kupu kupu?
Dan bagaimana jawaban kalian sebagai mahasiswa yang bersikap netral untuk mengkritik adanya mahasiswa yang kupu kupu?
Tolong jawab di bagian kolom komentar jika Anda mahasiswa yang saya pertanyakan. 

---
Jawaban saya untuk pertanyaan tersebut ialah tidak salah, bahkan sama sekali tidak salah. Karena bisa saja mahasiswa yang kupu kupu sedang berjuang menata waktu untuk mengambil kerja part time demi bisa membantu orang tua membayar UKT yang tidak murah. Atau mereka yang sedang menekuni mata kuliah yang diambil demi meraih IPK minim 3 untuk bisa mendapatkan beasiswa dan SKS sebanyak ketentuan maksimal agar mereka cepat lulus menjadi wisudawan/wisudawati dengan nilai CumLaude. Bisa jadi, mahasiswa kupu kupu itu sedang mengasah softskillnya di luar kegiatan kampus dengan mengikuti kursus atau bahkan mereka sudah mulai merintis usahanya dan bercita-cita sebagai pengusaha muda yang kaya. Bisa saja kemungkinan mereka buru-buru pulang untuk dapat menyelesaikan tulisan-tulisan demi membuat sebuah buku. Janganlah kalian sebagai mahasiswa aktif langsung memberi penilaian buruk untuk mahasiswa yang kupu kupu. So! Namanya kehidupan dan privasi itu beda tipis, hidup mereka ya mereka yang atur, hidup Anda ya Anda yang atur, apa iya kita tega mengatur kehidupan orang lain padahal kita harus tahu diri untuk menata diri dalam kehidupan sendiri saja tidak semudah ketika Anda mengatur kehidupan orang lain. Jadi, biarkan mereka sebagai mahasiswa kupu kupu untuk menikmati hidupnya. Ya! Kita boleh saja mengkritik karena kita sebagai makhluk sosial. Namun, diatas semua itu terdapat sikap toleransi.

                    Ketika saya memasuki dunia perkuliahan untuk pertama kalinya, dapat membuat saya merasakan bagaimana mahasiswa yang terikat SKP minimal 100 untuk bisa lulus skripsi. Dengan adanya ketentuan dan kebijakan tersebut, mau tidak mau sebagai mahasiswa harus aktif organisasi. Namun masih ada mahasiswa yang kupu kupu. Dan sempat saya mewawancarai salah satu teman saya yang notabenenya sebagai mahasiswa kupu kupu. Saat itu saya bertanya,
"Apa yang kamu lakuin setelah mata kuliah selesai?" 
"Aku langsung pulang." 
"Kenapa langsung pulang, kamu ga mau ikutan nongkrong di galeri buat ngobrol bareng atau diskusi bareng?"
"Nggak apa, ya pingin langsung pulang aja. Lagipula mau obrolin dan diskusiin apa? Kan kita belum ada tugas kelompok."  
Hal tersebut saya tanggapi dengan sikap toleransi, dimana saya memosisikan diri untuk menghargai pemikiran dari teman saya itu. Jujur saja, saya sebagai mahasiswa yang netral. Jika memang benar-benar tidak ada hal penting yang dilakukan di kampus setelah mata kuliah selesai, maka saya tidak akan membuang waktu untuk berbicara hal yang tidak penting, kecuali dalam keadaan yang membuat saya butuh refreshing dan sharing-sharing dengan yang lain agar beban hidup ini agak berkurang, maka saya akan berlama-lama di kampus untuk ikut berkumpul dengan teman-teman saya. Dan terkadang saya juga bisa sebagai mahasiswa yang introvert, dimana saya akan memosisikan diri untuk me time atau memang benar-benar keadaan 'kesendirian' dapat membuat saya lebih tenang daripada keramaian.

                    Di universitas saya terdapat 39 UKM dan mahasiswa bebas mau mendaftar di UKM manakah yang sesuai bakat dan minatnya. Namun wajib ikut 1 UKM untuk bisa mendapatkan sertifikat PKKMB. Tujuan adanya UKM dalam universitas ialah menggali softskill dan hardskill dalam diri mahasiswa. Dimana SKP di sini akan dipertaruhkan. Jika kita sebagai mahasiswa yang aktif dalam UKM tersebut, memungkinkan sekali bahwa SKP yang didapat sangat banyak. Beberapa pendaftaran UKM diperlukan yang namanya magang. Dan saya juga sempat mewawancarai salah satu teman saya lagi. 
"Kamu ikut UKM apa aja?"
"UKM Kempo."
"Cuma itu saja?"
"Iya"
"Kenapa ga mau coba ikut yang lain? Apa kamu emang dari dulu punya bakat di kempo?"
"Ga apa aja. Ya biar ga keteteran kuliahnya, soalnya aku takut ga bisa atur waktu. Dan sebenarnya aku dari dulu ga bakat kempo, ya awal ini aku coba coba aja kempo tuh kayak gimana si."
"Oalaa, iya juga si ya. Kita pastinya harusnya pintar manajemen waktu. Tapi gimana kamu menuhi SKP?"
"Ya enjoy aja, ikutan aktif seminar juga bisa dapat SKP. Malah SKP seminar lebih banyak dari SKP keorganisasian atau yang kita ikut kepanitaan. Dan itu kan juga nyita waktu banyak buat daftar ini itu, apalagi yang magang. Kalau kita udah fokus 1 UKM dan aktif ikut seminar, pasti bakal kesampaian SKPnya. Dan seminar, kita masih bisah atur jadwal untuk nyesuaikan mata kuliah. Kalau ikut kepanitiaan dan magang segala macem, pasti ga bisa atur jadwal dan bakal keteteran."
"Ya juga, bener kata kamu. Tapi ga semua SKP seminar itu banyak kayak yang kamu sebutin. Semua itu tergantung penyelenggaranya menyediakan besaran SKP yang diperoleh."
Sekali lagi, dari percakapan saya ini, apa yang Anda pikirkan? pastinya setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda sesuai wawasan yang didapat. Tidak ada yang salah dari pemikirannya. Semua itu dapat dibenarkan, dan tergantung kita bagaimana dalam bersikap.


                    Setiap mahasiswa mempunyai aturan kehidupan yang dibangunnya sejak awal, dimana prinsip dan konsisten harus diimbangkan untuk meraih beberapa target dalam semua mapping yang telah disiapkan oleh mahasiswa itu sendiri. Dalam mapping saya untuk target di semester awal ini, saya ingin mendapatkan IPK minim 3, namun masih bisa aktif ikut keorganisasian demi bisa mengasah kemampuan saya dalam bersosial dan mendapatkan SKP setengah dari batas minimum. Semua itu pastinya butuh pengorbanan, berkorban rohani jasmani dan waktu yang dipertaruhkan. Kerja keras dan niat yang tekad pastinya harus tertanam dalam diri mahasiswa. Oleh karena itu, saya saat ini sedang mengikuti OPREC MAGANG HIMAFORSTA, dimana HIMAFORSTA sendiri merupakan Himpunan Mahasiswa Informasi dan Perpustakaan. Dan alhamdulillah saya diterima magang di divisi yang saya inginkan, yaitu divisi SOMBA (Seni, Olahraga, Minat dan Bakat). Hal ini belum tentu saya akan diterima di HIMA, karena magang belum dilakukan. Ketika magang telah selesai sesuai jadwal yang sudah ditentukan, maka akan ada pengumuman HIMAFORSTA yang sebenarnya. Dan saya mendaftar 1 UKM, yaitu UKM Sinematografi, namun UKM tersebut belum membuka pendaftaran bagi maba (Mahasiswa Baru). Di sisi lain, saya juga mendaftar 2 BSO (Badan Sistem Otonom), dimana BSO ini  setara dengan UKM namun letak kekuasaanya berada di fakultas, yaitu FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Pertama saya mendaftar BSO LPM RETORIKA FISIP UNAIR, Retorika merupakan dunia jurnalistik, dan LPM sendiri merupakan singkatan dari Lembaga Pers Mahasiswa, di Retorika ini terdapat 5 divisi, yaitu divisi tim Reporter, divisi tim Editor, divisi tim Desain, divisi tim Penelitian dan Pengembangan, dan divisi tim Pengelola Media. Saya mendaftar di dua divisi yaitu divisi tim Editor dan Desain.

Dari semua yang saya utarakan, dapat disimpulkan bahwa kita sebagai mahasiswa boleh saja bersikap kritis, namun jangan langsung menilai buruk dan mengatakan dengan konsonan buruk terhadapat lawan yang tidak kita inginkan dan berharap ia menjadi sosok yang kita harapkan. Karena hidup ini punya aturan yang berbeda-beda setiap individunya.


Comments

latif said…
baik mahasiswa organisasi maupun mahasiswa non organisasi atau mahasiswa kupu-kupu. salah tidak mahasiswa menjadi kupu-kupu, jika di katakan salah, saya rasa tidak salah dengan menjadi mahasiswa kupu-kupu, karena saya sebagai ketua BEM juga merasa mereka setelah kuliah langsung pulang, bukan berarti kata pulang itu adalah rumah, namun bisa saja kata pulang itu untuk melakukan pekerjaan yang berguna bagi keberlangsung kuliah mereka, baik bekerja paru waktu dan hal lainnya, hanya saja ketika kata pulang adalah benar-benar rumah bagi mahasiswa kupu-kupu saya rasa tidak tepat saja memanfaatkan dirinya sebagai mahasiswa, jika mereka beranggapan bahwa mereka punya orang dalam dari keluarganya untuk mendapatkan pekerjaan, saya selalu menekankan bahwa orang dalam hanya jembatan untuk mempermudah masuk pekerjaan, namun yang menentukan berhasilnya kita dalam pekerjaan tersebut adalah diri kita sendiri, maka berorganisasilah sesuai dengan apa yang kamu harapkan. karena dalam organisasi bukan hanya soal relasi dan punya teman banyak, tapi juga membuat kita lebih perpikir dengan permasalahan pertama kita d indonesia adalah pengangguran, bagaimana kita berdiri sendiri dengan ilmu yang kita dapatkan ketika bertemu dengan para pengusaha, karena ketika kita menjadi salah satu relasinya bukan hanya berdiskusi namun juga mereka memberikan kita ilmu sebagai yang di rasa akan menjadi pemutus rantai pengangguran. dan pasti mahasiswa prospek nya adalah pekerjaan, tapi nilai dalam dari mahasiswa adalah, ilmu yang sudah kita bayar mahal. karena tidak jarang yang lulusan SMA dapat menjadi pengusaha yang cukup besar, tapi dengan ilmu yang kita dapatkan dari perguruan tinggi dapat menjadi lebih dari anak yang lulusan SMA dengan ilmu yang berbeda.

Popular posts from this blog

Teks Drama Bahasa Inggris "Legend Banyuwangi"

Resensi Buku Non Fiksi "Biografi Agus Muhadi"