Menganalisis Cerpen "Aku Benci BMW, Ayah!"


Judul                   :    Aku Benci BMW, Ayah !
Orientasi             :
Hampir satu jam Akmal duduk di pelataran masjid Al-Ihsan Darul Hikam. Pandangannya mengarah tepat ke jalan Ir. H. Juanda. Beberapa temannya sudah dijemput terlebih dahulu. Namun, Akal masih menunggu jemputan dari Ayahnya hingga turun hujan yang sangat deras.

Kompikasi          :
Setelah lama menunggu, akhirnya sang Ayah menjemput dengan keadaan BMW yang mogok. Keadaan BMW yang seperti itu membuat Akmal kesal hingga membenci BMW milik Ayahnya itu. BMW yang selalu membuat ia menjadi bahan ejekan oleh teman-temannya, membuat ia selalu menunggu dengan keterlambatan Ayahnya untuk menjemput , dan membuat ia selalu mendorong motor tua itu ketika mogok. Ingin sekali Akmal menendang motor tua itu. seketika itu emosi Akmal memuncak, hingga akhirnya ia memberontak kepada Ayahnya. Namun, tidak sedikit pun wajah Ayahnya terlihat menyesal atau marah, namun Ayahnya hanya melempar senyum. Ayahnya hanya bisa menjelaskan bahwa motor itu sangat berharga dan telah menyimpan sejuta kenangan dengan almarhum Ibu Akmal, terutama ketika mereka dalam masa sulit.

Klimaks              :
Setelah seminggu Akmal tidak dijemput oleh Ayahnya, ia memberanikan diri untuk naik angkot. Berangkat sendiri dan pulang pun sendiri, ia merasakan kenyamanan itu. Seketika sore itu hujan deras, dan angkot yang ditumpangi oleh Akmal melewati jalur Flyover. Saat itu ia melihat seorang pengendara motor mendorong motornya naik ke atas flyover, ia tidak asing lagi dengan seseorang itu. Akmal segera turun dari angkot dan menyeberangi jalan. Ia berusaha mengejar dan memanggil Ayahnya itu. Namun, hujan deras itu mengalahkan suaranya. Tiba-tiba, Ayah Akmal diserempet dengan kecepatan tinggi oleh sebuah truk, namun truk berhasil lolos.

Resolusi              :
Ayah Akmal tersungkur dan kepalanya berdarah akibat terbentur pembatas jalan. Akmal berusaha membangunkan Ayahnya, mata Ayahnya pun terbuka seketika. Akmal meminta maaf kepada Ayahnya, dan ia berusaha mencari pertolongan. Akmal menangis sejadi-jadinya, ketika Ayahnya meminta maaf kepadanya karena ia telah membuat Akmal malu. Tangisan Akmal ialah tangis penyesalan Ayahnya sempat menjelaskan bahwa BMW itu adalah amanat terkahir dari lamarhum Ibunya untuk mengantar dan menjemput Akmal kemana pun Akmal pergi. Seketika saja bibir dan badan Ayah bergetar hebat, namun Akmal terlihat ketakutan dan bingung. Seketika itu Akmal mendekatkan mulutnya dan berbisik ke telinga Ayahnya. Ia membimbing Ayahnya. Dan tiba-tiba napas Ayahnya pun berhenti, Akmal memeluk erat dan menangis sejuta penyesalan.

Comments

Popular posts from this blog

Teks Drama Bahasa Inggris "Legend Banyuwangi"

Resensi Buku Non Fiksi "Biografi Agus Muhadi"